Disinyalir, SMAN 2 Woha Pungut Biaya Ambil Raport Siswa


Ilustrasi. GOOGLE/www.wartamalut.com
KABUPATEN BIMA - Proses pengambilan nilai hasil akhir belajar siswa atau yang lebih sering dikenal dengan Raport, di SMAN 2 Woha tercium aroma adanya praktek pungutan liar (pungli). Kuat dugaan perbuatan dilarang ini dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kurikulum dan Kepala Sekolah setempat. Diakui korbannya, saat murid mengambil raport, mereka dikenakan biaya dengan nilai uang yang variatif jumlahnya, mulai dari Rp20 ribu hingga Rp120 ribu.

Salah seorang keluarga murid SMA 2 Woha, R. Moelyono mengatakan, dalam proses pengambilan raport. tidak ada aturan dilakukan dengan membayar atau adanya biaya. 

"Kondisi ini berlaku pada sekolah manapun. Namun, berbeda yang terjadi di SMAN 2 Woha atau memang ada peraturan baru yang berlaku di sekolah tersebut hingga mengharuskan mengambil raport dengan membayar," kata dia, Rabu, 10 Mei 2017, dua jam yang lalu.

Diakui Moelyono, jika ada biaya dan tidak ada aturan yang mengatur perbuatan tersebut, jelas itu dikategorikan sebagai praktek Pungutan Liar (Pungli) di sekolah tersebut. 

"Pada saat siswa mengambil raport, wakasek kurikulum dan kepala sekolah telah menetapkan biaya pengambilan pada para siswa. Saya memiliki rekaman hasil pengakuan dari pihak terkait. Dan saat saya melakukan konfirmasi terkait persoalan ini, mereka mengaku ke saya akan mengembalikan uang tersebut pada para siswa,” ungkap dia, 

Sementara itu, pihak SMAN 2 Woha masih dilakukan konfirmasi terkait laporan warga ini. 

Namun, dari informasi yang dihimpun, Kepala SMAN 2 Woha, Muhammad mengaku tidak pernah melakukan pungutan liar pada siswa saat pengambilan rapot.

Ia mengaku kalau isu tentang pungli tersebut merupakan fitnah belaka. Dalam pengambilan raport kemarin tidak dilakukan oleh semua murid, namun hanya beberapa murid saja.

Muhamad bercerita, awalnya ada sekitar 6 orang siswa yang mendatangi Wakaserk Kurikulum (Nukra, Red) untuk meminta bantuan agar di print out kan raport mereka. Krena mereka beralasan raportnya sudah hilang dan rusak. Nukra pun melakukan print out tersebut dan memberikan pada para siswa.

“Memang anak sekolah kasih uang ke nukra sebagai ucapan terima kasih, tapi bukan Nukra yang meminta uang tersebut dan hanya inisiatif para siswa saja. Lagian uang yang dikasih oleh beberapa siswa tersebut menurut pengakuan Nukra ke saya hanya Rp20-40 ribu per siswa. Jumlah yang terkumpul Rp200 ribu lebih saja. Untuk lebih jelasnya saya minta persoalan ini di tanyakan secara langsung ke nukra yang lebih tau," tandas Muhammad. (RED)

Related

Politik dan Hukum 9180891549441998657

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

 


SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item