Edy Muhlis: Jika Masalah ini Tak Diselesaikan, Eka Fathurrahman Dicopot Saja


Anggota kepolisan dari satuan Brimob yang diturunkan dalam penanganan konflik antara Desa Laju dan Desa Tolouwi, sejak kemarin. FACEBOOK/Putri Bungsu SalmaMuhtar\
KABAUPATEN BIMA - Peristiwa konflik warga antara Desa Laju, Kecamatan Langgudu versus Desa Tolouwi, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima terjadi sejak dua hari yang lalu (Minggu, 8/5/2017) dan berlanjut di hari Senin, 9 Mei 2017 kemarin.

Buntut dari peristiwa itu, Minggu sore lalu, seorang warga Laju mengalami luka bacok yang serius, saat Asikin dan teman-temannya bertandang ke Desa Tolouwi dalam rangka menuntut pelaku pencuri handphone milik HH (warga Laju).


Luka parah dan 4 motor milik warga laju itu membuat ratusan orang warga Laju hendak menyerang balas warga Desa Tolouwi. Ternyata, aksi balasan ratusan warga Desa Laju yang hendak menyerang Desa Tolouwi dihadang oleh aparat kepolisian.

Chaos dan bentrokan antara warga Laju dan Aparat pun tak bisa dihindari. Kejadian itu berlangsung, Senin siang kemarin. Seorang warga Desa Laju, Novardiansyah alias Ovan (16) tahun meninggal dunia setelah dilarikan ke RSUD Bima. Ovan diketahui mengalami luka robek di kepala bagian kanan belakang. Penghadangan yang terjadi oleh aparat tepat di Cabang Wawo, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Senin, 9 Mei 2017.

Edy Muhlis, S.Sos, Anggota DPRD Kabupaten Bima.
METROMINI/Agus Gunawan
Ovan yang dikabarkan meninggal di RSUD Bima sekitar pukul 21.55 WITA mengundang reaksi tanggapan dari wakil rakyat kelahiran Kecamatan Langgudu, Edy Muhlis, S.Sos. Menurut anggota DPRD Kabupaten Bima asal Partai Nasdem itu menilai menyesalkan tindakan represif yang dilakukan aparat kepolisian dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara Desa Laju dan Desa Tolouwi.

"Saya sangat menyesalkan tindakan represif polisi dalam masalah ini. Sebenarnya, masih ada langkah-langkah persuasif yang cukup elegan. Penyerangan bisa dihalau dengan cara yang elegan dan tidak dengan cara represif seperti inim" kata Edy, di halaman RSUD Bima, semalam. 

Dia mengatakan, tindakan represif aparat, hanya akan memunculkan gejolak dan rasa ketidakpercayaan publik pada penegakan supremasi hukum dan hadirnya keadilan bagi rakyat di tengah masalah hukum yang terjadi di Bima. 

"Karena memang cara ini hanya akan memunculkan gejolak dan rasa tidak percaya publik. Apalagi pak Eka Fathurrahman adalah Kapolres putra kelahiran Bima, harusnya tidak menggunakan cara-cara yang seperti itu. Cara persuasif dan menjaga adat ketimuran itu lebih elegan dan yang harus lebih diutamakan," ujar mantan Ketua HMI Cabang Bima itu.

Edy mengaku, kemarin siang, bersama dengan Ketua Komisi I (Sulaiman, MT, Red) dia langsung turun mengecek lokasi konflik yang terjadi. Edy menyayangkan langkah yang diambil pihak kepolisian dengan memborbardir warga dengan ledakan senjata api. 

Padahal, kata Edy, masyarakat saat itu sudah mundur, tapi anggota yang dipimpin Kapolres Bima, Pak Eka Fathurrahman terlihat agresif dalam menghalau massa.

"Tadi saya baru di lokasi dengan Ketua Komisi I. Saya melihat dengan mata kepala sendiri, aparat kepolisian membobardir dengan ledakan senjata api. Padahal masyarakat sudah mundur. Saya kira tidak perlu ada tembakan-tembakan seperti itu," ujar dia.

Edi pun mengaku kecewa dengan pernyataan Kapolres Bima dihadapan dirinya selaku Wakil Rakyat dan Wakil Bupati, Drs. Dahlan H. M. Nur yang ada di lokasi kemarin.

"Saya sangat sesalkan cara Kapolres Bima, Bapak Eka Fathurrahman. Satu sisi dia putra terbaik Bima, di sisi lain dia Kapolres. Ada cara-cara yang elegan dan bukan diberikan sinyal represif setiap ada masalah konflik antara warga seperti ini. Dan yang sangat saya sesalkan adanya pernyataan beliau di hadapan kita di sana dan dihadapan Wakil Bupati Bima. Kapolres menyatakan saat itu, kalau tidak ada anak buah saya yang menembak. Saya tembak sendiri para warga," ujar Edy dan sangat menyesali pernyataan Kapolres Bima saat itu.

"Itu yang sangat kami sesalkan. Dia adalah teman kita kok, cuman itu saja cara represif ini sangat kami sesalkan," imbuh Edy menambahkan keterangannya. 


Menurutnya, langkah hukum yang dilakukan aparat sangat terlambat. Harusnya polisi bisa bekerja cepat untuk persoalan ini dan tidak memancing masyarakat untuk mencari keadilannya sendiri. 

"Pelaku pencurian handphone dan pembacokan itu harus segera ditangkap. Tidak ada alasan polisi tidak bisa tangkap. Kekuatan polisi yang luar biasa dan kekuatan personil yang cukup banyak. Tentu itu modal dalam menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan tidak berdampak pada hal-hal lain yang bergejolak dari masalah ini," tandasnya.

Edy menegaskan, terkait dengan sebab kematian Ovan, memang belum diketahui persis penyebabnya. Tapi, sebelum konflik yang terjadi antara warga Desa Laju dan Desa Tolouwi, satu korban sudah meninggal. Apakah karena tertembak, atau karena lemparan batu sebagaimana yang disampaikan banyak pihak. Tapi, pada intinya, ini adalah tindakan yang kurang tepat untuk dilakukan pihak kepolisian.

"Jika Kapoles Bima, Bapak AKBP. M. Eka Fathurrahman tidak bisa menyelesaikan masalah ini, maka Saya  meminta Kapolres Bima untuk dicopot jabatannya. Pak Eka Fathurrahman harus dicopot. Saya mendesak Kapolri dan Kapolda NTB untuk mencopot Pak Eka, jika masalah ini tidak diselesaikannya dengan segera," tutup Edy.

Anggota kepolisan dari satuan Brimob yang diturunkan dalam penanganan konflik antara Desa Laju dan Desa Tolouwi, sejak kemarin. FACEBOOK/Putri Bungsu SalmaMuhtar
Sementara itu, dilansir dari www.bimakini.comKapolres Bima Kabupaten, AKBP M Eka Fathurrahman, SIK mengatakan kalau Nofardiansah, Warga Desa Laju, Kecamatan Langgudu, meninggal akibat terkena tembakan aparat saat pembubaran Selasa (9/5/2017) sore kemarin. 

"Sekitar 200 warga Laju hendak menyerang Desa Tolouwi. Bahkan sepanjangan jalan mereka memblokade jalan sebanyak enam titik, dengan alasan mencari pelaku pembakan motor dan pembacokan. Terpaksa kami pukul mundur dengan mengeluarkan tembakan peringatan, karena warga paksa terobos barisan polisi,” jelasnya di Cabang Wawo, Rabu (10/5/2017), dikutip dari www.bimakini.com

Eka pun menjelaskan, warga sempat menyerang polisi dengan lemparan batu. Dan seorang warga terjatuh diselokan dan terkena balok kayu. Diakuinya, hasil visum dari RSUD Bima juga Ovan terkena benda tumpul, bukan karena peluru.

"Saya tidak memerintahkan anggota untuk mengeluarkan tembakan peluru tajam. Namun hanya tembakan peringatan dengan peluru hampa. Hasil visum RSUD Bima tidak ada tertembak peluru,” terang Eka. (RED | WWW.BIMAKINI.COM)

Related

Politik dan Hukum 5111078547755097013

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

 


SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item