Bupati Jangan Jadikan Bencana Kebakaran Sebagai Ajang Untuk Selfie

Uswatun Hasanah (Badai NTB).METEROmini/Dok

OPINI - Nampaknya sudah seperti budayanya, Bupati Bima datang Selfie di berbagai bencana yang ada di Kabupaten Bima dengan pencitraan menyantuni korban bencana, bagi amplop dan sembako. Seperti bencana kebakaran yang kemarin terjadi di Desa Ngali, yang menghanguskan 30 rumah warga. Bukan hanya sekali ini, tapi setiap kali terjadi kebakaran di wilayah Kecematan Belo, Bupati hanya bisa datang santuni korban dengan sumbangan, tak terlepas dari sorotan camera untuk mencitrakan diri sebagai Bupati yang merakyat.

Sikap Bupati Bima ini seperti gejala sakit jiwa, ingin mencitrakan diri sebagai pemimpin baik, tapi di sisi lain kerap memperkosa hak-hak rakyat.

Harusnya sebagai seorang Bupati, dengan fenomena bencana kebakaran yang terus melanda Kecamatan Belo hampir 3-5 kali dalam setahun maka sudah menjadi kiblat Bupati untuk menginisiasi pengadaan mobil Damkar untuk ditempatkan di wilayah Kecamatan Belo. Tapi lagi-lagi itu hanya menambah barisan pembiaran yang dilakukan oleh Bupati Bima.

Wilayah Kecamatan Belo khususnya bagian selatan masyarakatnya bermata pencaharian sebagai Petani dan rata-rata mempunyai mesin pompa air dan stok bensin di kolom-kolom rumahnya. Ditambah kondisi rumah panggung yang jaraknya begitu dekat antara rumah warga yang satu dengan yang lainnya. Jadi sangat rentan api menyebar dengan cepat menyisir rumah warga meski dipicu oleh api yang kecil.

Kejadian bencana kebakaran di wilayah Kecamatan Belo hanya menyisakan luka bagi korban dan rasa was-was bagi warga lain. Dan Bupatinya seakan menutup telinga terhadap tuntutan warga untuk pengadaan mobil Damkar. Setiap kali ditanya, jawaban bupati hanya Insya Allah di upayakan. Dan itu berlanjut sampai disisa periode kepemimpinannya.

Padahal, bisa saja Bupati membantu masyarakat Kec. Belo untuk mengadakan mobil Damkar. Apa yang tidak bisa dilakukan? Dana ada kok. APBD I dan APBD II harusnya bisa dipakai. Hanya saja Bupati memang tidak memprioritaskan kesejahteraan masyarakat tapi lebih ke usaha melanggengkan kekuasaan dinasti.

Dan parahnya, para intelektual malah ikut-ikutan mempersembahkan ilmunya untuk diabadikan melayani kekuasaan. Di Kabupaten Bima hanya orang-orang yang punya kemampuan untuk menjadi palsu yang mendapat panggung. Mereka akan sanggup menghilangkan dirinya dan sanggup membungkus bunyi pendapatnya. Mereka sibuk mematangkan diri untuk berpura-pura.

Bagaimana kalian bisa betah dengan pemalsuan diri? Cinta kalian adalah uang, merdeka kalian adalah tidur enak, suara kalian adalah makan gratis, rindu kalian adalah ngopi ala elit.

Cinta kalian tak lagi berarti. uang lagi uang lagi! Hari-hari ini adalah hari dimana IDP berusaha sedemikian keras mempertahankan statusnya sebagai Bupati, karena hari-hari esok adalah ancaman.

Ia khawatir, siapa yang menjamin nasibnya kalau ia tak lagi menjadi bupati? Nasib para pengikutnya serta kurcaci-kurcaci piaraannya yang selama ini ikut serta menikmati berbagi peluang dan sikap korupnya.

Dinda, kenapa kau begitu semangat memenjarakan dirimu? Kau mengisi hari-hari mu dengan berbagai fasilitas dan kenikmatan yang menghasilkan rasa was-was di dadamu setiap saat. Kenapa kau lena merampas masa depan hanya demi memesan tempat bagi ketidakamanan hidupmu.

Aku tidak punya cara lain untuk mencintaimu dan rakyatmu. Aku hanya punya kemampuan mengomelimu dengan diksi. Aku mencintaimu juga mencintai rakyatmu. Aku mencintai rakyatmu dengan mendengar suara hati mereka, tapi aku mencintaimu dengan cara menegur dan mendongkelmu. Rasa cintaku memang pahit rasanya, memekik telingamu, menyayat hatimu tapi menyelamatkan nuranimu.

Sayang, kau tahu rakyatmu pelupa, pemaaf, penyabar, dan pasrah. Mereka bahkan sudah lelah berharap atas tangan kuasamu. Sebab pemelaratan, pembodohan, penindasan, pembutaan dan penulian mu selama ini membuat mereka terbiasa. Rakyatmu sudah hafal. Sudah bukan kejutan lagi bagi mereka ketika kau datang dengan keramahan tingkah laku, kelembutan tutur kata digorong-gorong gang. Mereka akan memaafkanmu lagi, melupakan kejahatan yang kau lakukan dihari yang lalu, mereka akan menyambutmu lagi, menyalamimu dan mendengarkan sumpah dan janjimu lagi. Tapi dibalik itu, mereka menertawakan mu sayang. Mereka menganggapmu bak komika, yang sedang ngelawak dipanggung komedian. Makanya mereka dengan senang hati menonton aksi mu.

Sekali lagi, Bupati jangan jadikan bencana sebagai ajang untuk selfie. Tolong jadilah seorang Bupati, jangan jadi ketua PKK. Hanya bisa bagi-bagi Roa dan Panci, apalagi baru-baru ini bagi-bagi telur busuk. Itu sangat memalukan. Kemana hati nurani sebagai pemimpin? Tunggu aku di persimpangan kiri jalan. (RED)

Penulis: Uswatun Hasanah

Related

Pemerintahan 1336747525447695119

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

 


SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item