Duka Lara Korban Banjir Rabadompu, Disulut 'Dusta' Pemerintah



Tenda tempat tinggal Mujija dan ketiga cucunya di Rabadompu Barat, Kecamatan Raba, Kota Bima. METROMINI/Firmansyah
KOTA BIMA - Kehidupan kaum kusam pinggir sungai Kota Bima, khususnya di wilarah Kelurahan Rabadompu tepatnya RT. 12 RW. 04, Lingkungan Diwu Kadondo, Kelurahan Rabadompu Timur, Kecamata Raba, Kota Bima kian dirundung malang.


Pasca banjir pertama dan kedua di Desember 2016 lalu, belasan rumah milik warga rusak terbawa arus banjir, terhitung dalam data ada 18 yang hanyut dan 3 dalam keadaan rusak parah. Kondisi itu mengakibatkan warga hidup di bawah tenda pengungsian.

Mujija, salah satu korbannya. Seorang janda miskin yang tinggal dengan dua orang cucunya yang kondisi rumahnya yang setengah permanen sudah rata dengan tanah karena banjir. 

Pantauan Metromini, setelah musibah banjir, Mujija dankeluarganya  tinggal bersama warga lainnya di tenda darurat sekitar 20 meter dari bekas tempat tinggalnya. 

Perihnya, ia menuturkan bahwa rumah yang hanyut di bawah banjir itu pun masih menyisahkan hutang ke kerabatnya untuk membeli genteng dan jarimpi (anyaman bambu untuk dinding rumah-red).


Selain Mujija, penghuni tenda lain dan kini tinggal di seberang gang, di sana terlihat sebuah rumah milik Pak Suratman. Di kolong rumahn itu, dihuni oleh keluarga Jaidin H. Yasin. Jaidin terpaksa mengungsi ke kolong rumah kerabatnya, setelah hidup di dalam tenda karena rumahnya pun hanyut di bawa banjir lalu.

Kolong Rumah Suratman di kolong 
dihuni keluarga Jaidin H. Yasin. 
METROMINI/Firmansyah
“Bune ain na nami midi dei tenda ede. Pala ba dahu ncea nae ura bune aina re, numpang ra ara wombo uma Pak suratman ke (dulu kami tinggal di tenda itu. Tapi, takut karena hujan tebar akhirnya kami menumpang di kolong rumah pak Suratman)," ujar Jaidin, belum lama ini yang hanya bisa menggunakan bahasa daerah Bima itu. 

Istri Jadin pun berkomentar. Ia mengeluhkan perihal anjuran pemerintah yang menyuruh warga untuk membuat rekening agar bisa menerima bantuan.

"Wara mai dou ma data ke, kauna uru rekening loakai nggadu piti bantuan. De waura uru rekening, sa ake wati wara kone haba na piti re. De indo ku ndawi mpoa rekening nggahire, cola. (Ada orang datang mendata, disuruh membuat rekening untuk menerima bantuan. Rekening itu sudah dibuar, dan sampai kini tidak ada kabarnya uang bantuan itu. Kan tidak dibuat gratis itu rekening, bayar," keluhnya.

Rumah Marsiah Ina La Ida. 
METROMINI/Firmansyah
Bergeser Beberapa meter ke arah timur. Tinggalah seorang janda tua bernama Marsiah Ina La Ida (Marsiah ibunya si Ida). Janda yang tinggal bersama cucunya sedang mengupas bekas pembungkus semen proyek normalisasi yang tak jauh dari rumahnya. 

Ratapannya pun sama. Ia mengeluhkan luputnya dan kabar bantuan yang kian redup dan tak di dengar lagi dari pemerintah. 

Wunga mai dou ma bagi bantuan saramba na re wati raka. Wati wara ngara nggahi dou da kanto lura. Padahal Mai dou ma data ngara ke pila kalincau ra.  Mbei ba ustadz ede mpa ni, ra raka, wara ja dua kali terima ba la Rusdi wai ndai, Anae. (Waktu orang datang memberi bantuan yang pertama kami tidak dapat. Tidak ada kata orang di kantor lurah. Padahal datang orang yang mendata nama sudah berkali-kali. Diterima dari ustadz saja yang dia terima, ada duak kali kami dapat. Itu pun diterima oleh Rusdi cucu saya, Nak,” kisah Marsiah dengan tabahnya. 


Kondisi rumah di Kampung Tere.
METROMINI/Firmansyah
Bergeser di Lingkungan Lewiloa, di RT.12 RW. 04, pada pemukiman di seberang sungai, rumah milik Agus salim, kondisinya tak berdinding lagi karena. Agus mengaku pernah mendapat bantuan terpal dan uang CFW yang Rp500.000. 

"Pegawai sosial yang mendata tidak memasukan saya ke dalam daftar karena rumah masih memiliki atap dan tidak tergolong hanyut. Dan saya pernah dimintai SPPT untuk di relokasi, tapi kini kabarnya sudah tak ada lagi," ungkap Agus. 

Di Lingkungan Kampung Tere (samping timur dekat jembatan kasus kematian warga Oi Fo'o). Seorang janda 7 anak bernama Hatijah tinggal seadanya di samping rumah milik Pak Mahdin. Gubuk milik Hatijah pun bernasib sama, hanyut terbawa banjir.

"Kami ini berkali-kali didata oleh pemerintah. Mana itu yang datang menjanjikan bedah rumah.sampai sekarang, semua hanya bohong saja. Mungkin sudah di bawa lari uangnya. Datanya sering, uangnya mana. (mai data se ma poda, piti na mada wara)," sahut Hatijah dan mengakhiri liputan lapangan Reporter Metromini terhadap para korban banjir bandang lalu di kawasan Rabadompu Barat, Kecamatan Raba, Kota Bima., Sabtu, 13 Mei 2017 sore kemarin.

Sementara itu, pihak BPBD Kota Bima, masih dikonfirmasi terkait bantuan bedah rumah bagi warga korban banjir ini. (RED)

Baca juga:

Related

Politik dan Hukum 5794345670206754440

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

 


SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item