Pulau Satonda, Mahakarya Alam, 'Miskin' Pengunjung

Danau air asin di tengah Pulau Satonda, Kabupaten Dompu, NTB. GOOGLE/www.kompas.com


KABUPATEN BIMA - Pulau Satonda terkenal sampai mancanegara berkat dua ilmuwan Eropa yang bernama Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak. Mereka meneliti Danau Satonda pada tahun 1984, 1989 dan 1996.
"Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa Satonda adalah fenomena langka karena airnya yang asin dengan tingkat kebasaan (alkalinitas) sangat tinggi dibandingkan air laut umumnya. Keduanya berpendapat, basin Satonda muncul bersamaan dengan terbentuknya kawah tua yang berumur lebih dari 10.000 tahun lalu," dikutipn dari www.kompas.com.

Pintu masuk Pulau Satonda. GOOGLE/www.kompas.com
Reporter Metromini yang mengunjungi Satonda, Minggu, 2 April 2017 kemarin. Kondisi pulau masih cukup terawat dan terjaga. Namun, di hari libur kemarin, tak banyak wisatawan dan pengunjung di Pulau nan elok itu.

Saat ini, Pulau Satonda sudah dikelola di bawah kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB. Letaknya, dekat dengan Desa Labuan Kananga, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima. Namun, secara teritorial Pulau Satonda masuk ke dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Dompu.


Eksistensi Satonda sebagai destinasi wisata yang kian menjadi buah bibir para traveler dan fotografer. Kenapa? Karena di tengah Pulau Satonda terdapat danau air asin dan terkenal luar biasa indahnya.

Keunikan lain dan daya tarik Pulau Satonda karena daratan vulkanis yang terbentuk dari letusan gunung api Tambora di dasar laut se dalam 1.000 meter sejak jutaan tahun lalu. Di Pulau Satonda ini menyimpan kekayaan terumbu karang yang sangat indah di sekitar perairannya.

Pinggir pantai di Pulau Satonda. GOOGLE/www.kompas.com
"Pulau Satonda telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) pada tahun 1999 oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan karena potensi alam lautnya memiliki kekayaan terumbu karang," dilansir dari situs www.wikipedia.org

Dijelaskan di wikipedia, danau purba di Pulau Satonda ini terbentuk dari letusan Gunung Satonda beribu-ribu tahun lalu. Gunung api Satonda konon berumur lebih tua dari Gunung Tambora, atau tumbuh bersamaan dengan beberapa gunung api parasit yang tersebar di sekeliling Tambora.

Danau yang terbentuk di kawah Satonda dulunya terisi air tawar. Letusan Gunung Tambora yang mengakibatkan tsunami mengantar air laut mengisi kawah tersebut dan mengubahnya menjadi danau air asin hingga hari ini.

Menuju Pulau Satonda dengan danau air asinnya yang ada di sana, dibutuhkan waktu sekitar setengah jam dari Desa Nangamiro, Kabupaten Dompu. Dan sekitar 15 menit jika melewati Desa Kenanga, Kabupaten Bima. Menuju ke Satonda, per orangnya di tarik tarif jasa bot atau perahu per orangnya dikenakan Rp25.000.

Dulu, pantauan Metromini, banyak pengunjung dan turis yang datang di Satonda. Salah satu sebabnya adalah digratiskannya biaya tiket masuk ke Satonda.

Kondisi pengunjung saat ramai di Pulau Satonda.
GOOGLE/www.kompas.com
"Pandangan yang kian berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, saat pemberlakuan tiket atau karcis masuk di Pulau Satonda. Kebijkan ini, persis berdampak pada jumlah pengunjung di Satonda," kata Agus Gunawan, Reporter Metromini, Minggu kemarin.

Petugas lapangan di Satonda dari BSDA NTB, Suharto menjelaskan, keramaian pengunjung memasuki tahun 2017 ini sangat berebda dari tahun kemarin. Diakuinya, mulai tahun 2017 ini, masuk ke Pulau Satonda sudah diberlakukan penarikan karcis. Dan  jika untuk pengunjung lokal ditarik karcis sebesar Rp5.000 perorang.


"Mungkin karena ada karcis masuk sehingga mempengaruhi pengunjung yang mau datang ke pulau ini. Dulu, jika ada turis yang singgah di hari libur seperti ini, jumlahnya bisa ratusan orang. Namun, sejak tahun 2017 ini, walau hari minggu tetap sepi pengunjung. Hari ini (Minggu, 2 April 2017) saja, hanya 19 orang pengunjung yang datang, termasuk Pak Wartawan," tutur Suharto.

Kondisi danau dan pinggir pantai di Pulau Satonda.
GOOGLE/www.kompas.com
Bukan hanya sebagai pegawai di BKSDA, Suharto yang juga merupakan warga di sekitar Pulau Satonda itu berharap agar pihak BKSDA NTB bisa memperbaiki fasilitas dan penunjang wisata yang ada di Pulau Satonda, setelah diberlakukannya penarikan tarif tiket/karcis masuk di Pulau Satonda.

"Yang penting diperbanyak adalah tempat istrirahat atau biasa dikenal dengan nama baruga," katanya.

"Di Satonda, kita bisa bersantai ke bawah untuk menikmati dan mandi di Danau Satonda. Dan saat tiba di puncak, danau cantik dan unik berwarna hijau yang dinamakan Danau Satonda itu terhampar tenang di tengah kaldera yang dikepung oleh hijaunya pepohonan yang melingkarinya," kata Soeharto menutup wawancaranya dengan Metromini. (RED)

Related

Kabar Rakyat 277951823474772244

Posting Komentar

  1. Alhmadulillah tahun 1996 termasuk saya ikut mendampingi dua ilmuwan Hamburg melakukan penelitian di Satonda

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item