Sutarman: Satu Tahun Mesjid Agung Saya Selesaikan

Bakal Calon Wali Kota Bima, Ir. H. Sutarman H. Masrun, MM. GOOGLE/www.sutarmanjoy.com

KOTA BIMA - Banyak pihak berharap agar pembangunan dan kesejahteraan pada pada masyarakat dapat berjalan normal, simultan dan massif. Keinginan ini hanya bisa diwujudkan pada sistem yang transparan, terbuka dan melibatkan partisipasi publik dalam proses pembangunan yang ada.

Khusus dalam rangka menyelesaikan pembangunan Mesjid Agung Al Muwahidin Bima. Salah seorang Bakal Calon Wali Kota Bima, Ir. H. Sutarman H. Masrun, MM mengupasnya secara ekslusif kepada Metromini, belum lama ini.

Menurut pengusaha sukses ini, dalam menyelesaikan pembangunan Mesjid Agung, pihaknya pernah membahas pada pertemuan antar Doktor yang dihadiri oleh Pak Iwan Harsono, Pak Firman di acara yang digagas oleh Rangga Babuju di Vila Kosambo beberapa waktu lalu.

Kata Sutarman, satu hal yang tak dapat dipungkiri dalam menyajikan pembangunan dan kesejahteraan bagi masyakarat yang masuk dalam bagian proses politik.

"Distribusi pembangunan dan kesejahteraan bagi rakyat itu adalah bagian dari proses politik. Untuk itu, berbicara di GP3SN dan adanya kepentingan politik sesungguhnya adalah satu bagian yang ada hubungannya. Namun, tidak dalam artian ada tanggungan kepentingan personal di dalam GP3SN yang termasuk ada saya di dalamnya. Kondisi ini lumrah, tapi tidak harus kita yang mengklaim dan sesungguhnya apa yang disampaikan Ketua Umum itu ada benarnya," jelas Sutarman, yang juga salah seorang Pembina/Penasehat di GP3SN  (Gerakan Peduli Percepatan Pembangunan Sigi Na'E).



Ia menerangkan, hal yang penting sebagai perumusan dan identifikasi masalah adalah dilakukannya dinamisasi organisasi. Dalam arti, pengurus Yayasan yang ada, tidak mesti dilakukan revitalisasi, hanya saja lebih dikoordinasikan pada komposisi pengurus yang serius dalam menangani dan memiliki niat ingin menyelesaikan pembangunan mesjid ini.

"Dinamisasi organisasi adalah bagian dari memetakan keberadaan pengurus pada figur dan sosok yang fokus dalam menyelesaikan pembangunan Mesjid Agung Al Muwahidin," ucap dia.

Langkah selanjutnya, sambung Sutarman, adalah dalam penggunaan keuangan pembangunan Mesjid Agung selama ini diberlakukan pembatasan. Kenapa? Ia menegaskan, perlu dipisahkan antara pertanggungjawaban keuangan pada fase sebelumnya agar tidak menarik persoalan keuangan di masa lalu, dan mengganggu potensi semangat keuangan yang baru dalam hal memprofesionalkan pola dan kinerja pembangunan mesjid agung yang sekarang.

"Jika ada pembatasan SPJ, maka akan mudah mengalokasikan dana yang ada pada kebutuhan obyektif pekerjaan pada sisi yang mana yang ingin diselesaikan dan kekurangan pendanaannya," ucap Sutarman, sembari mengaku dirinya sedang melakukan pendekatan ke beberapa Partai Politik saat ini.

Ia menegaskan, jika pada fase pembenahan internal sudah ditemukan benang merahnya. Proses percepatan pembangunan akan lebih mudah dilakukan. Sejauh ini, ia mengaku, dalam berkoordinasi antara GP3SN dengan pihak pengurus, dirinya dan beberapa tim yang tergabung di GP3SN tetap berkoordinasi dengan saudara Dedi Mawardi (Ketua Panitia Pembangunan) terkait progres dan perkembangan pembangunan yang sedang dilakukan.

"Sinyalemen dan laporan dari Ketua Panitia Pembangunan yang dijadikan dasar obyektif, pada sisi mana kegiatan kebersamaan kita untuk menyelesaikan pembangunan mesjid agung ini. Misalnya, dari laporan ketua panitia, bagian barat yang saat ini ingin diseelsaikan. Nah, pihak panitia memberikan gambar dan RAB. Misalnya kebutuhan anggaran Rp500 juta, GP3SN sudah serahkan Rp300 juta. Artinya, pada sisi pembangunan tersebut, GP3SN masih ada 'utang' Rp200 juta," ungkap dia.

Ia mengaku, dengan memperjelas item pekerjaan dan tanggung jawab pihak-pihak yang peduli, Sutarman pun mengatakan pola ini akan memberikan kebanggaan tersendiri pada para pihak yang telah peduli terhadapa pembangunan Mesjid Agung ini.

"Kalau bangunan pola di atas sudah rampung. Para pendana pun merasa bangga, bahwa pada bagian sisi barat mesjid agung adalah bagian dari kontribusi dan pengabdiannya untuk mesjid kebanggaan dou mbojo (rakyat bima) itu," tandasnya.

Ia mengungkapkan, jika mesjid kebanggaan masyarakat Kota Bima itu ingin diselesaikan dalam waktu dekat ini. Kospenya adalaj keterbukaan dan pelaporan serta keikutsertaan masyarakat dalam proses percepatan pembangunannya.

"Dan kalau saya nantinya diamanahkan jadi Wali Kota Bima, satu tahun saja, mesjid itu sudah rampung sebagaimana dalam gambar yang sudah direncanakan sebelumnya. Megah dalam setahun, saya bisa," tutup dan tegas H. Sutarman H. Masrun. (RED | ADV)

Related

Politik dan Hukum 2989385846593828396

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

 


SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item