Wakil Wali Kota Ingin Kembali Dua Jalur, Ini Tanggapan Warga Bima

Kondisi jalan soekarno hatta di depan kantor Polres Bima Kota saat pemberlakuan dua jalur, tercatat buruk dalam angka kecelakaan lalu lintasnya. GOOGLE/www.sasambonews.com
KOTA BIMA - Beberapa hari yang lalu. Sebuah media online di Bima, www.visionerbima.com merilis berita soal kondisi jalan di Kota Bima yang telah berlaku satu jalur agar diberlakukan menjadi jalan dua jalur. Keinginan pengembalian jalur seperti dulu itu disampaikan oleh Wakil Wali Kota Bima, Feri Sofiyan, SH di ruang kerjanya, Jum’at (19/10/2018) lalu. 

Feri menegaskan, jalan dua jalur tersebut akan segera dikembalikan. Pengembalian jalur ini akan dilaksanakan setelah penuntasan pembangunan jembatan yang sedang dikerjakan saat ini yaitu di Kelurahan Penatoi dan jembatan Padolo yang ada di Kelurahan Paruga, Kota Bima.

“Insya Allah pengembalian jalan dua jalur di jalan Soekarno-Hatta (jalan negara, red) akan dilaksanakan setelah pembangunan dua jembatan dituntaskan. Sebelumnya, kita juga perlu melakukan kajian dengan melibatkan banyak pihak termasuk pakar transportasi, pihak planologi hingga Sat Lantas Polres Bima Kota,” tegas Feri di media online itu. 

Feri pun meminta agar masyarakat Kota Bima bersabar dalam menikmati jalan satu jalur yang diberlakukan tanpa kajian dan sosialisasi itu. 

“Insya Allah kalau dua jembatan itu sudah bisa difungsikan dengan baik maka kita akan kembali memberlakukan jalan dua jalur di lintasan Soekarno-Hatta,” janjinya.

Kata dia,  pengalihan jalan dua jalur menjadi satu jalur yang sudah diberlakukan oleh kebijakan Pemerintahan sebelum dirinya itu sama sekali tidak melalui proses pengkajian secara teknis. Tidak dilakukan uji publik dan pertimbangannya tidak bersifat komprehensif. Diakuinya, pemberlakuan satu jalur itu juga sifatnya tidak permanen tetapi sampai sekarang masih dalam tahap uji coba. 

"Kalau tidak salah, pemberlakuan satu jalur tersebut hanya bermodalkan Perwali dan tidak ada Perdanya,” tandasnya, dikutip dari visionerbima.com.

Sementara itu, pandangan Wakil Wali Kota Bima yang baru menjabat sebulan itu dinilai mundur dan melawan semangat perubahan yang diusung sebagai jargon dalam kampanye di masa Pilkada lalu. Hampir semua komentar warga terkait kabar ini tak ada yang mendukung cara pandang dari mantan Ketua DPRD Kota Bima itu. 

Seorang pegawai di kantor pajak bima, Eko Vieri menilai, awalnya ia tidak setuju dengan pemberlakuan satu jalur yang direncanakan Pemkot Bima setahun yang lalu. Namun, setelah dilaksanakan, ternyata kondisi lalu lintas di Kota Bima menjadi nyaman dan roda perekonomian menjadi naik dan di jalur penyangga kehidupan warga bisa meningkat. 

"Awal saya salah satu orang juga kurang setuju penetapan satu jalur. Tapi setelah dilaksanakan kok ya nyaman. Jalur Jend. Sudirman, di Sadia dan Jalan Gajah Mada menjadi ramai. Arus kendaraan pun sudah merata. Roda perekonomian di jalur penyangga ikut naik juga. Kalau balik ke dua jalur kok malah jadi mundur ya...," tulis dia dalam komentar di status Facebooker yang membagikan berita dari media online visionerbima.com itu.

Warga lainnya yang juga seorang dosen di Bima, Damar Damhuji pun senada dengan pendapat Eko Vieri. Kata Damar, jika kembali ke dua jalur itu mundur sekali. 

"Saya tidak bahagia tinggal di kota ini kalau kembali ke jalur dua arahnya. Kota tak boleh sembrawut. Harus teratur, bersih, indah dan nyaman," tulis dia.

Warga lainnya, Rafiqa Subhan  menyayangkan keterangan Wakil Wali Kota Bima jika ingin mengembalikan kondisi jalan menjadi dua jalur seperti sedia kala. Ia pun menilai kebijakan atau keinginan Wakil Wali Kota itu sebagai sesuati yang mundur ke belakang. 

"Kemunduran banget. Satu jalur mengurangi kecelakaan. Aman. Bnyak toko-toko baru dan warung-warung baru. Jambret berkurang. Kenapa harus mundur lagi, padahal sudah bagus," tulis Rafiqa Subhan.

Ia pun menyentil dengan kritisnya. "Mereka ngomong gitu, karena naik mobil sih. Enak, nah kita yang naik motor ini benar-benar rawan kecelakaan," sambung dia. 

Seorang pemuda Rahman Alif malah menuding jargon kemenangan Lutfi-Feri yaitu kata "PEURUBAHAN" yang menjadi kejumudan.

"Bukan perubahan namanya, kejumudan.. hehehe," sentil dia dalam komentarnya. 

Seorang warga wanita bernama Atun Sikop mengatakan, pelaksanaan satu jalur sudah sebagai identitas yang pas sebagai corak kehidupan di Kota. Itu juga sebagai satu bentuk kemajuan yang memang kondisi lalu lintas tidak amburadul dengan dilaksanakan atau diberlakukannya satu jalur. 

"Kalopun agak amburadul karna ada yang melanggar, ya tempatkan petugas biar tertib, Ngak setuju sekali kalau kembali ke jalur awal lagi. Dampaknya nanti pas puasa itu benar-benar kerasa," tulis dia. 

"Saya juga merasa nyaman kalau satu jalur meski jarak semakin jauh. Tapi keselamatan jauh lebih penting," ungkap Ind Indriyany.

Pengakuan senada juga disampaikan akun Facebook Kekasih Senja. Awalnya ia merasa risih dengan satu jalur. Namun makin lama makin terasa manfaatnya. 

"Saya dulu yang paling risih sama satu jalur ini. Tapi makin ke sini, makin teratur lalu lintas (lalin) di Kota Bima. Resiko kecelakaan lalin semakin berkurang. Ya walaupun harus mutar balik kalo mau ke bberapa tempat, tapi sebanding dengan kenyamanan di jalan. Jalur sebelah utara juga makin ramai," tulis dia.

"Roda perekonomian merata. Kita yang tinggal di Kelurahan Penaraga juga sudah ngak takut lagi lewat jalur gajah mada, karena sekarang sudah rame. Yang paling kerasa itu pas puasa. Kalau dibalikin jadi dua jalur lagi makin semrawut. Mending tetap satu jalur saja," tulis komentator lainnya, Eny Aryani. (RED | WWW.VISIONERBIMA.COM)

Related

Pemerintahan 5996858637301437253

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

 


SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item