Sasentra Artfest UMMAT Road to Tanah Mbojo, 3 Karya yang di Tampilkan

Sasentra Artfest saat Foto Bersama di STKIP Bima

KOTA BIMA - Teater Sasentra Muhammadiyah Mataram (UMM) gelar Road to Tanah Mbojo ,dalam rangka pentas tunggal Teater Sasentra Artfest. 3 karya yang ditampilkan oleh Theater Sasentra yaitu, musikalisasi puisi berjudul Indonesia Kembali, Tarian dengan judul Batinku dan pementasan drama atau teater dengan lakon “Lombok Randu”. Ketiga karya tersebut merupakan karya murni dari anggota Teater Sasentra.

Dalam kegiatan yang dilaksanakan mulai pukul 19.00 di Aula STKIP Bima hari Senin malam (23/8/21) yang menerapkan Prokes Covid-19, menyediakan tempat cuci tangan, masker, Hand Sanitizer, alat pengukur suhu tubuh, disambut gembira oleh civitas kampus setempat dan penonton. 

Ketua STKIP Bima Nasution saat sambutan mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang luar biasa untuk terpilihnya STKIP Bima sebagai tempat pelaksanaan pementasan malam itu

Ia berharap kerjasama ini tidak hanya sebatas pementasan seni, tapi lebih dari itu, seperti penelitian bersama, KKN bersama serta pertukaran mahasiswa,

karena kebetulan juga rektor umat Muhammadiyah Mataram merupakan senior dari pasca sarjana di UNJ, dan semoga kehadiran Sasentra di Bima bisa menjadi nutrisi bagi sanggar seni di Bima, terutama di STKIP Bima,” harapnya.

Nasution pun berharap, anak – anak GONG 96 STKIP Bima yang bergelut dalam dunia seni dan pementasan, agar segera mengggelar kunjungan balik di Universitas Muhammadiyah 

Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Sasentra Muhammadiyah Mataram Agung Muslim menjelaskan, kegiatan Road to Tanah Mbojo ini merupakan kegiatan tahunan dengan target mengelilingi Provinsi NTB, yang sebelumnya, pementasan dilaksanakan di Kota Mataram.

“Selanjutnya dipilih di Kota Bima dengan bekerjasama dengan GONG 96 STKIP Bima,” katanya.

Ia mengaku, pementasan dengan lakon Lombok Randu menggambar sebuah cerita kekelaman Sasak yang didominasi kekuasan, penghianatan dan perjuangan.

Lombok adalah simbol perjuangan masyarakat Sasak yang diombang-ambing feodalisme, otoritarianisme, hegemoni, pragmatisme kekuasaan Bali dan Belanda saling berebut senjata menjajah tanah dan mental orang Sasak, tidak ada seorangpun yang mampu melawan. Karakter orang Sasak disematkan terjajah, tertinggal dan terbelakang.

“Lahirlah Guru Dane yang diharapkan mampu melawan legitimasi kekuasaan Belanda, Bali dan ketertinggalan peradaban, namun akhirnya tumbang dengan erotisme selangkangan dan penghianatan,” jelasnya.

Agung menambahkan, dari pementasan ini dirinya berharap silahturahmi tetap berjalan dengan baik untuk kedepan. Kegiatan – kegiatan seni seperti ini bisa terus berjalan sebagai ruang ekspresi bagi mahasiswa dan mahasiswi.(RED)

Related

Kabar Rakyat 9064006245760911152

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item