Tragedi Almarhum Habib di Jembatan Jatibaru Timur, Ayah Korban Sesalkan Tak Ada Kepedulian Pemerintah

Almarhum Habib Mujabir, 24 Tahun (kanan) dan Ayahnya Fikrin (kiri atas). Foto: METROmini/Agus Mawardy

KOTA BIMA - Peristiwa meninggalnya seorang pemuda bernama Habib Mujabir (24), pemuda asal Kelurahan Rabangodu Selatan, Kecamatan Raba, Kota Bima, Minggu, 13 Februari 2022 pagi tadi. 

Dari tragedi tersebut, warga maupun keluarga korban menyesalkan kondisi jembatan yang putus akibat diterjang banjir di akhir tahun 2021 lalu. Di mana hingga saat ini, keberadaannya tidak dilengkapi dengan pengamanan yang sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) agar tak memicu korban jiwa.

Seorang warga di sekitar keberadaan jembatan yang rusak parah itu mengungkap kondisi jembatan yang dulu pernah ramai-ramai dikunjungi para petinggi daerah baik Gubernur NTB dan Wali Kota Bima.

Dalam pengakuannya di komentar Facebook. Mardiansyah Hijo menuliskan bahwa jembatan tersebut putus dan memutus jalur transportasi dari wilayah Kota Bima menuju Kabupaten Bima. 

Jembatan yang merupakan tanggungjawab jawab pihak Pemerintah Provinsi NTB itu, saat diketahui mengalami kerusakan yang parah.  Gubernur NTB Bang Zul Zulkieflimansyah Wali Kota Bima, Wakil Wali Kota Bima dan Anggota DPRD Propinsi NTB H. A. Rahman dan H. Mori Hanafi bersama dinas terkait melihat langsung kondisi jembatan tersebut.

"Para pejabat itu melalui pernyataan  tsb dan Pak Gubernur akan diperbaiki secepatnya dan rencananya proses perbaikan dilakukan pada bulan Februari 2022," tulis Mardiansyah Hijo, pagi tadi.

Baca juga: Seorang Pemuda Ditemukan Tak Bernyawa Didasar Jembatan yang Putus di Asakota

Kata dia, proses perbaikan awal dikerjakan dengan memperbaiki dua jalur alternatif yaitu jalan lingkar Jatibaru Barat dan Timur serta membangun jembatan sementara yang berada di samping jembatan yang putus tersebut.

Ia menegaskan, harus diakui bahwa jembatan yang putus tersebut tidak memiliki rambu-rambu lalu lintas atau palang penghalang maupun pembatas atau semacamnya. Selain itu, tidak adanya penerangan yang memadai di ujung timur dan barat jembatan yang putus tersebut selama ini.

Pengakuan Warganet lain dalam postingan status mengenai insiden kecelakaan tunggal ini. Akun bernama Amiruddin Bima mengaku kalau ia  hampir tiap hari lewat jalur itu. Kalau dari arah barat atau dari arah kota hanya satu marka jalan yang cat merah putih ditaruh di tengah jalan. 

"Dan di arah itu, kadang ada truk fuso yang parkir untuk menjadi penghalang di dekat jembatan. Sedangkan dari arah Wera hanya serambi (tempat duduk yang dibuat dari bambu) punya warga yang di simpan kadang di tengah dan kadang di pinggir jalan. Jadi tidak ada palang pelintasan," tulisnya.

Komentar lainnya di Facebook, disampaikan oleh pemilik akun bernama Musade Muhammad. Menurut dia, harusnya saat pekerjaan awal penanganan perbaikan sementara di jembatan tersebut. Pihak kontraktor memasang rambu-rambu peringatan dan penghalang agar kendaraan bermotor tidak bisa lewat dan dihadang dengan penutupan yang jelas.

"Seperti kondisi Jembatan Rabasalo di Kelurahan Penaraga. Dalam kondisi yang sedang diperbaiki. Sekitar 50 meter dari jembatan sudah ada rambu-rambu peringatan dan penghalang sebagai penanda untuk para pengguna jalan," tulisnya.

Senada dengan banyak keterangan warga. Ayah korban, Fikrin (46) merasa kecewa dengan banyak pihak yang ada di tubuh pemerintah atas insiden yang menewaskan anak pertamanya ini. Menurutnya, setelah melihat kondisi jembatan yang rusak di Jatibaru Timur itu. Ia mengungkap, kondisi di jembatan itu ibaratnya sebuah jebakan yang tidak secara serius ditangani oleh pemerintah dalam pengendalian anti kecelakaan.

"Bagi siapapun pengendara yang apalagi baru ingin melintasi kondisi jembatan itu sama halnya dengan menjemput mautnya sendiri. Tak ada papan peringatan yang biasanya harus ada beberapa meter dari jembatan. Ditambah, tak ada portal penghalang yang jelas hasil kerja perbaikan dan pengantisipasi yang dilakukan dinas terkait. Ditambah lagi tak ada penerangan jalan yang bisa memberi kenyamanan pandangan bagi pengendara," jelas dia

Ia mengaku, meski ada jalan alternatif. Tapi aspek pencegahan terjadinya bencana yang mematikan karena bila tak ada penghalang, pengendara yang tak sadar akan langsung terjun ke bawah jembatan ibarat masuk ke jurang yang penuh bebatuan di bawahnya. 

"Sebenarnya, kita bukan ingin menyalahi takdir atas meninggalnya buah hati kami. Tapi, memang pantas disesali cara penanganan perbaikan sementara di Jembatan itu yang tak dilengkapi dengan fasilitas penghalang jalan yang baik dan dilengkapi dengan penerangan jalan yang memadai," tandasnya di rumah duka di Kelurahan Rabangodu Selatan, Minggu (13/2/2022) sore.

Mewakili pihak korban. Ia pun meminta penjelasan terkait kronologis kejadian kepada pihak Kepolisian Resor Bima Kota. Selain itu, penyesalan dari pihak keluarga. Hingga pagi tadi sampai penguburan almarhum yang dilakukan Ba'da Sholat Ashar tadi. Tak ada dari pihak pemerintah yang datang berbela sungkawa atas insiden yang menghebohkan warga Kota Bima tadi pagi.

"Kami sangat kecewa dengan cara Pemerintah di Kota Bima. Sudah tahu bahwa kecelakaan ini akibat kelalaian dan tidak sesuai prosedur kerja atas keadaan penyelamatan di wilayah fasilitas umum yang rusak parah. Kepedulian dan mengucapkan belasungkawa pun tak diterima pihak keluarga hingga sekarang," bebernya.

"Kami meminta pertanggungjawaban Gubernur NTB karena jembatan itu adalah tanggung jawab pihak Pemerintah Provinsi. Dan meminta agar pimpinan daerah di Kota Bima agar lebih bisa memahami keadaan duka yang dialami rakyatnya yang menjadi korban karena gagalnya cara membangun daerah saat ini," pungkas Bapak dari empat orang anak itu menambahkan.

"Kami pun berharap agar PT. Jasa Raharja bisa mempertimbangkan insiden kecelakaan anak saya pagi tadi dengan kondisi sepeda motor Scoopy yang rusak parah akibat insiden pagi tadi," ungkapnya.

Ia menambahkan, Almarhum sebelumnya keluar rumah sekitar jam satu dini hari. Setelah sebelumnya, ia baru saja pulang mengantarkan adiknya yang ikut membantu jualan ibunya di Pantai Amahami. 

"Saya mengetahui kondisi anak saya sepulang mengantarkan adiknya dari Amahami semalam. Dia kemudian keluar rumah. Dan paginya kami baru mendengar kabar duka ini dari tetangga," tutup Fikrin yang didampingi para keluarganya. (RED)

Related

Kabar Rakyat 8639505546911126349

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item