Awalnya Tak Percaya, Ini Testimoni H. Anhar Saat Diserang Virus Corona

 

H. Anhar, pengusaha di Kota Bima yang berhasil sembuh setelah terpapar Covid 19 di Kota Bima. METEROmini/Agus Mawardy

KOTA BIMA - Seorang pengusaha di Kota Bima asal Pulau Lombok yang menikahi wanita asal Kelurahan Dara, Kota Bima sudah puluhan tahun hingga mempunyai banyak cucu hidup di Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. Ia bernama H. Anhar, pemilik Hotel Permata Syariah dan juga Toko Emas 'Permata' yang ada di selatan Lapangan Merdeka, Bima. 

Kepada media ini, pengusaha yang memulai usahanya dari nol di Bima itu mengaku saat beredar kabar tentang virus corona atau Covid-19, dirinya tak percaya dengan kehadiran musibah yang sedang melanda dunia saat ini. Ia pun tetap mejalankan usahanya seperti biasa dan menerima banyak pelanggan di toko emas miliknya yang ada di Kelurahan Paruga itu. 

"Saya awalnya sedikit tak percaya degan virus Corona yang sudah menyebar hingga di Bima. Saya pun tetap menjalankan aktivitas seperti biasa dan melayani para pengunjung toko yang ingin membeli atau menjual emas miliknya," kisah ayah dari 4 putra itu, Sabtu, 13 Februari 2021.

Ia mengisahkan, memasuki awal tahun 2021. Ia tak menyangka dirinya ternyata telah terpapar virus Corona. Saat itu, aku dia, dirinya merasa lemas dan mengalami gangguan pernapasan. Disarankan oleh anaknya yang juga merupakan dokter muda di Kota Bima agar diperiksa gejala terserang Covid-19. 

"Akhirnya, sekitar tanggal 5 Januari 2021 dilakukan pengambilan tes PCR di Puskesmas Paruga dan saya dinyatakan benar-benar sakit dalam keadaan terdiagnosa TERKONFIRMASI COVID-19. Dan saya pun menjalani perawatan lebih lanjut," kisahnya. 

Lanjut dia, setelah terkonfirmasi Corona, dirinya pun dilakukan perawatan di ruang isolasi RSUD Bima selama beberapa pekan. Saat di bangunan isolasi RSUD Bima. Tepatnya di lantai III bangunan selatan yang baru dibangun. Dia mengaku sangat stress dengan suasana ruang isolasi yang hanya berteman dengan mesin yang bekerja di samping tempat tidurnya. 

Diakuinya, selama dalam perawatan di ruang isolasi, kondisi tangannya selalu dalam keadaan terinfos. Demikian pula dengan tangan yang lainnya di pasang alat pendeteksi jantung yang harus dia kontrol angkanya agar selalu diangka 97. Sekitar tiga minggu, ia dirawat di ruang isolasi bersama dengan para pasien yang terpapar Covid-19 lainnya di RSUD Bima. Tak ada kehidupan dan suasana di ruang isolasi penuh keheningan.

"Kalau tak kuat iman. Bisa makin parah penyakit yang diderita pasien Corona selama menjalani proses isolasi di rumah sakit. Karena tak ada teman bicara, keadaannya begitu hening sekali. Semua badan kami terpasang alat yang saat sholat saja, kami harus menjalaninya dengan keadaan duduk. Demikian pula saat ingin buang hajat, terasa ribet dan banyak tehel di WC ruang isolasi yang pecah, mungkin karena jadi sasaran rasa stres pasien atau ada pasien yang terjatuh karena banyak alat medis yang terpasang di tubuhnya," bebernya. 

Ia mengaku, selama dalam fase perawatan, oleh dokter yang menangani penyembuhan dari serangan virus Corona ini mengobati secara tahap demi tahap. Saat tubuh terserang demam dan meriang, dokter akan menangani penyakitnya satu per satu sesuai dengan kondisi fisik yang diidap oleh pasien. 

"Yang saya rasakan selama terserang virus Corona ini, selamu mengalami batuk dan sesak napas. Penciuman yang saya alami rasanya berkurang. Dan semua makanan yang dimakan itu rasanya sama saja dan hambar. Dan sering kali, tubuh mengalami demam selama masa perawatan di ruang isolasi akibat serangan virus Corona ini," terangnya.

Ia pun mengakui, setelah selama tiga pekan menjalani pengobatan dan pengetesan yang dilakukan secara berkala. Ia pun sembuh karena kasih sayang Allah masih berpihak padanya. Ia mengaku, saat ini, dirinya telah diberi kesembuhan dan bisa menjalani kehidupan seperti aktivitas biasanya. 

Kata dia, selain dirinya, istrinya yang menderita lumpuh pun terpapar Covid-19 ini. Dan saat ini masih menjalani isolasi mandiri di hotel miliknya.

"Kebetulan anak saya yang menjadi dokter ada dua orang di Bima. Hanya istri saya saja yang terpapar Covid-19. Namun, karena kondisinya lumpuh terpaksa dilakukan isolasi mandiri di Hotel saja. Dan istri kami tetap dilakukan kontrol oleh petugas medis agar tak membawa dampak bagi yang lainnya," jelasnya. 

"Memang, bagi yang tak memiliki imun atau kekebalan tubuh yang kuat, serangan virus ini bisa menyebabkan kematian. Dan Corona ini benar-benar virus yang nyata," tegasnya menambahkan.

Ia menambahkan, selama  menjalani perawatan hingga proses penyembuhan total yang hampir sebulan lebih lamanya ini. Banyak pesanan pelanggan tokonya yang belum bisa diselesaikan. Akibat keadaan itu, ia pun meminta maaf kepada para pelanggan. Dan ia mengaku, semua masalah yang dikomplain para pelanggannya akan tetap diselesaikannya satu per satu. 

"Ini ujian dari Allah untuk keluarga kami. Dan usaha kami pun mengalami tumpukan masalah selama keadaan ini terjadi. Dan kepada para pelanggan semoga bisa mengerti. Semua transaksi dan janji atas pengerjaan dari banyak pesanan pelanggan, tetap akan diselesaikan satu per satu," akunya.

"Karena tak mungkin, kita ingin mati menyisahkan utang yang akan menjadi beban dan masalah di hari kemudian. Semua perbuatan kita pasti akan di sidang di Yaumul Mahsyar. Dan kami akan bertanggung jawab, agar semua masalah tak menyisahkan utang yang menjadi beban di hari kemudian," tutup pria paruh baya yang sudah menginjak usia berkepala enam itu. (RED)

Related

Kabar Rakyat 7755411598553855225

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item