Tim Pemerintah Turun ke Pantai Ule, Nizar Minta Maaf dan Berjanji Tanam Bakau di Sana

Kondisi pengecekan yang dilakukan oleh Tim di Pantai Ule, Selasa, 26 Februari 2019. METROMINI/Dok
KOTA BIMA - Sorotan dan polemik terkait kegiatan ratusan trabaser yang melintasi pinggir pantai ule dan melewati kawasan ekosistem bakau dalam event Traco melintasi jalan dan alam di Kota Bima, Sabtu, 23 Februari 2019 lalu. Gayung bersambut, pihak pemerintah yang terdiri dari beberapa lembaga terkait kelautan dan lingkungan bersama dengan Panitia Traco dan awak media turun mengecek kondisi di Pantai Ule, Selasa, 26 Februari 2019 pagi.

Pihak Tim dari pemerintah yang turun bersama yangitu dari kantor Balai Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan (BKPSDKP) Kawasan Bima-Dompu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bima, Badan Lingkungan Hidup Kota Bima dan dari Kodim Bima. Dan sepakat kesimpulan dalam polemik ini, semua pihak berkomitmen dalam menjaga teluk bima ke depan. 

Menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima, Haris Dinata mengatakan, hasil survei di lokasi bersama dengan pihak Kodim Bima, Panitia Trabas dan Wartawan tidak ada satu pun pohon mangrove yang rusak.

"Hasil cek di lokasi tidak ada pohon bakau yang rusak dan mati. Bahkan tidak ada yang di injak-injak atau ditabrak dari kegiatan trabas Sabtu lalu," ujar Haris yang menjadi PNS di Pemkot Bima tahun 2003 lalu itu, Selasa (26/2/2019) pagi.


Ia mengakui pohon mangrove yang ada di okasi hanya berjumlah puluhan. Dan kondisinya masih utuh. Ia pun, mengapreaseasi kinerja media hingga kepedulian atas kondisi teluk bima menjadi perhatian semua pihak untuk dijaga keadaannya. 

"Jumlah bakau hanya 40 pohon saja. Kami apreasiasi dan bangga dengan pemberitaan Media Online dan isu yang muncul membuat kepedulian kita muncul bersatu padu terhadap kondisi teluk Bima," akunya. 

Diakuinya, masalah ini sudah didengar Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian Kelautan Perikanan, Rencananya, nanti ada kegiatan besar untuk menanam pohon bakau di seluruh pantai Kota Bima ini, Semetnara tidak ada padang lamun yang rusak. 

Pihak lainnya, pegawai di Balai Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan (BKPSDKP) Kawasan Bima-Dompu, Juryatin membenarkan keterangan yang disampaikan oleh Haris Dinata terkait dengan kondisi bakau yang ada di Pantai Ule setelah dicek kondisinya tadi padi. 

Namun, lulusan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya itu menjelaskan, kerusakan berpotensi terjadi pada kondisi kkosistem dan biota laut yang ada di pinggir pantai ule, Untuk mengeceknya, tentu saja perlu kegiatan penelitian lebih lanjut. Dia pun mengaku, turun menggandeng Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima dalam pengecekannya bersama pagi tadi, 

"Kewenangan tentang wilayah perairan dan pinggir pantai merupakan kewenangan pihak Pemerintah Provinsi yang dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan NTB yang kebetulan kantor balai pengawasannya sudah ada di Kota Bima tepatnya di dalam TPI yang ada di Kelurahan Tanjung," ujarnya. 

Ditegaskannya, untuk kewenangan dari Dinas Lingkungan Hidup sifatnya berkordinasi dan soal ini, dirinya sudah melaporkan ke pimpinannya yang ada di kantor Balai Konservasi dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan (BKPSDKP) Kawasan Bima-Dompu. 

"Tanaman bakau semuanya aman. Ekosistem lamun yang rusak pada lintasan yang dilalui saja, Potensi kerusakan hanya pada ekosistem biota laut dan itu oun perlu dilakukan penelitian untuk memastikan kerusakannya. Tapi pada prinsipnya, semua sudah sepakat dan pihak panitia sudah menyampaikan permintaan maafnya serta secara bersama-sama berkomitmen menjaga teluk bima ke depan," ucapnya. 

"Persoalan ini sudah selesai secara kekeluargaan. Ke depan semua pihak berkomitmen membangun program untuk menjaga kelestarian ekosistem yang ada di Pantai Ule," sambung alumni SMAN 1 Kota Bima itu. 

Ia pun menyayangkan, soal rute ratusan motor trail yang mengambil lintasan di kawasan pinggir pantai. Tentu saja, pilihan track jalur itu sudah salah. "Semoga, ke depan semua ini bisa menjadi pengalaman bagi kita semua," tandasnya. 


Terpisah, Ketua Panitia Traco Melintasi Alam Kota Bima M. Nizar mengatakan, jalur para peserta trabas sebenarnya bukan melintasi pohon mangrove. Melainkan jalur yang digunakan itu di bawah pohon mangrove. Tapi, karna posisi air laut yang pasang membuat trabaser yang belakangan akhirnya melintasi bagian mangrove. 

Ia mengaku, pihaknya sudah mengecek bersama dengan DLH Kota Bima dan juga pihak Kodim Bima. Hasil pengecekan tidak ada mangrove yang rusak maupun yang patah.

"Atas kesalahan yang terjadi, Atas nama pribadi dan kepanatian saua meminta maaf kepada seluruh masyarakat kota bima dengan kejadian yang terjadi di hari Sabtu lalu. Kalau memang ada teman-teman trabaser yang melewati daerah mangrove tersesebut," ucapnya kepada Metromini, pagi tadi. 

Dia menambahakn, dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan kegiatan penanaman tambahan bibit bakau yang ada di Pantai Ule agar keberadaan hutan mangrove di sepanjang Pantai Ule bisa bertambah dari sekarang. 

"Karena sudah melintasi daerah manggrove tersebut, kami punya komitme menambah mangrove yang ada dari keadaan mangrove yang kami lewati kemarin. Kita punya niat untuk itu, Insya Allah ke depan dalam waktu dekat kami akan menambah pohon mangrov di wilayah tersebut," janjinya. 

Dia pun mengaku, sudah banyak kegiatan sosial yang dilakukan komunitas trabas selama ini. Hanya saja, jarang terekspose dan terkesan hanya yang senang-senang. 

"Kami sering melakukan kegiatan sosial dan ada juga kegiatan menanam. Dan sebenarnya, kami tidak bersenang-senang saja. Di tengah itu kami pun pernah melakukan kegiatan penanaman di atas gunung saat event trabas dilaksanakan," tandas pemuda yang dikenal pribadinya yang baik dan sopan itu. (RED)

Related

Pemerintahan 5404346147851043238

Posting Komentar

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan tulisan.

emo-but-icon

 


SPONSOR

join

FANSPAGE METROMINI

METROMINI VIDEO

Iklan

 


Arsip Blog

Ikuti Tweet Metromini

item